Jumat, 22 Januari 2021

Lidah Tak Bertulang...

Bismillah 🙏🏻

Tuhan,
Hamba sadar dengan apa yang telah terucap, hamba sadar dengan apa yang dipikirkan.
Lidah tak ingin hamba salahkan. 

Maaf...
Aku belum bisa menjadi makmum yang baik bagimu.
Aku tidak menyalahkan kau, aku yang belum bisa menjadi baik dalam lisan sehingga kau tersulut amarah.
Dengan hal seperti itu aku terpancing untuk berkata yang tidak seharusnya.

Berawal...
Kita mencoba berhubungan badan. Kau mencoba gaya baru. Jujur untuk hal daerah "ini" terkadang aku masih merasakan ngilu dan sedikit perih, karena gesekan kita sama2 kering.
Seharusnya kamu tau akan hal itu.
Tapi disaat aku mencoba nyatanya kamu berkata dengan mimik kesal.
Bukan aku tag sadar akan hal itu, aku sangat peka bagaimana kamu ingin aku berkarya terhadap dirimu.
Dengan kamu seperti itu aku berhenti sejenak. Dan aku berpikir "mungkin kau bisa mencari diluar sana yang bisa buat kau puas". Bukannya aku tidak sadar dengan apa yang aku ucapkan. Aku tau.. karna dengan cara kamu seperti itu dengan ekspresi yang buat aku insecure tidak bisa memberikan apa yang kamu inginkan.

Setelah itu kamu menyalahkan atas perkataan ku. Tapi kamu tidak sadar bagaimana perkataan yang sederhana itu dan bagaimana ekspresi kamu itu sangat membuat hati ku tergores.
Kamu tidak tau apa yang aku rasakan dengan perkataan seperti itu.
Tapi sebaliknya kamu mempermasalahkan atas omongan aku SETELAH perkataanmu.

Aku diam ? Iya !
Aku menyendiri ? Iya !
Aku berpikir ? Sangat !
Tapi kamu ? Apa yang kamu lakukan.. bersikap seolah kamu yang tersakiti.
Dan kamu mempertanyakan bagaimana saya seharusnya bersikap ke kamu.
Saya sudah menjelaskan, kenapa saya diam. Tapi apa reaksi yang aku terima.. kamu marah !!
Aku menjelaskan..bagaimana..apa..dan mengapa..tapi kau tidak menerima dan satu hal kau tak pernah menyadari bagaimana reaksi pada diri sendiri.
Dan itu dari dulu jadi bahan perdebatan bagi kita.
Aku menjelaskan.. tapi kau beranggapan aku mendikte, menyalahkan..
Tidak seperti itu..
Aku mengungkapkan, kau tidak terima, seperti halnya aku menyudutkan dirimu.
Tidak !
Dan begitulah yang terjadi sampai halnya aku dan kamu memilih untuk diam.

Berlanjut...? Iya
Dengan pembicaraan yang lain.
Apa ?
Uang !
Aku tidak pernah meminta sekalipun itu kewajiban.
Persepsi aku, kamu, KiTA harus disamakan.
From me..
Uang ini tadi. Uang yang kamu titipkan itu bukan uang jajan yang sesuka hati untuk aku gunakan.
Itu adalah bentuk simpanan dari kamu untuk kita kedepan.
Sekalipun aku gunakan itu adalah utk hal urgent.
Beda halnya dengan uang jajan yang kau berikan untuk kebutuhan aku, keseharian aku.
Kasarnya uang dapur. Karna aku belum mengurus kebutuhan dirumah aku tidak mempersoalkan hal tsb. Tp kewajiban kamu hal seperti itu ada. Karna diganti dengan kebutuhan aku diluar.
Yang aku gunakan sekarang kebutuhan diluar masih aku biaya sendiri. Kamu selalu berucap uang aku masih banyak.
Aku mempermasalahkan ? Tidak !
Uang ini itu disebut uang jajan aku. Seberapapun suami memberi tergantung istri untuk bisa menyimpannya.
Karna ada hal diluar sepengetahuan suami, istri mempunyai pengeluaran sendiri tanpa meminta bantuan suami. Apapun itu.
Diluar dari uang yang dititipkan perhari untuk kehidupan kedepan kita.

Bagaimana dengan kamu ?
Aku tidak menemukan penjelasan.
Aku tau kamu takut dalan pengeluaran soal keuangan.
Tapi dalam hal ini, kita harus transparan dalam hal uang. Mana kewajiban, mana simpanan
Itu akan terlihat berbeda.

Sampai dengan KiTa diam.
Lanjut ? Ada !

Ribut dengan hal ga jelas, dan keluarla kata yang di lakhnat Allah.
Hamba sebagai istri hamba mohon ampun Ya Rabb. Mulut ini, lidah ini telah salah berucap.
Hamba masih belum bisa untuk mengontrol emosi, menahan amarah.
Terucapla hal seperti itu..
Sebagai manusia, hamba mohon ampun
Sebagai wanita, hamba mohon ampun
Dan sebagai istri, hamba mohon ampun dan keridhoan Engkau Ya Rabb.
Bimbing aku Ya Allah
Tuntun aku Ya Allah
Bantu jaga lisan ini Ya Allah
Untuk tidak menyakiti, untuk tidak memberikan akibat fatal.
Ampuni hamba Ya Rabb 🙏🏻
Sembah sujudku padaMu
Dan mohon ampunku pada suami 🙏🏻

Tidak ada komentar:

Posting Komentar